Ba’da maghrib, setelah
sholat maghrib, aku bergegas menuju tempat print, meminjam motor salah seorang
teman. Dengan berbekal uang seadanya, aku mencetak beberapa lembar tugas
pribadi dan juga artikel itu. Rencanaku artikel tersebut akan kupasang dalam
ruangan yang semakin sepi itu. Print sudah selesai hingga kemudian aku langsung
menuju ke ruangan itu dan kupasang pada mading itu. Lalu aku meninggalkannya
untuk melakukan tugas pribadiku selanjutnya. Malam ini bersama teman angkatan
dibawahku, Awan namanya berencana akan bertemu salah satu dosen Fisipol(meskipun
aku bukan orang Fisip). Ada hal yang hendak aku diskusikan.
Dosen Fisip yang hendak
kutemui ternyata sedang tidak berada dirumah. Beliau sedang ada acara keluarga,
dan baru bisa bertemu di hari berikutnya. Kemudian aku menuju ke kontrakan
bersama kawan-kawan untuk membahas beberapa hal terkait komitmen GIM.
Diantaranya, ada diskusi rutin bersama mereka. Dengan komitmen bacaan yang
sudah disetting sedemikian rupa. Selesai rapat dengan mereka akupun pergi ke
kampus. Untuk membetulkan laptopku yang lagi sakit. Sebelumnya kusempatkan
untuk mampir dulu di tempat yang kumaksud di awal tadi. Sedikit kaget setengah
kecewa, tulisanku hilang entah kemana. Aku juga tak tahu, siapa yang sudah
mengambilnya. Aku coba berhipotesa bahwa ada dua kemungkinan. Kemungkinan yang
pertama, ada orang yang suka tulisanku kemudian mengambilnya. Untuk digunakan
secara pribadi(ini jika dasar hipotesaku adalah khusnudzon, dan itu memang yang
kulakukan). Yang kedua adalah ada orang yang kurang suka dengan tulisanku,
kemudian mengambil dan mungkin di simpan atau dibuangnya. Tapi sepertinya, yang
kedua inilah yang lebih kuat. Meskipun dalam hati aku tetap mecoba untuk
memilih yang pertama sebagai solusi yang lebih positif.
Aku mencoba untuk sabar,
langsung aku bersama kawanku menuju kampus hingga kurang lebih pukul 22:00. Selesai
urusanku disana, aku kemudian kembali ketempat dimana artikelku berada. Dengan
harapan jika ada orang yang telah mengambilnya sudi untuk mengembalikan. Betapa
tidak menghargai karya seseorang jika dia telah berlaku sedemikian. Aku tidur
ditempat itu untuk mengobati kerinduanku dengan ruangan itu hingga pagi. Namun tak
seorang pun datang mengembalikan tulisanku. Teringat sebuah kata dalam buku
yang pernah kubaca. Seorang terpelajar harus adil semenjak dalam fikiran,
apalagi dalam tindakan. Sudah adilkah perilaku ini, atau mungkin aku yang
kurang adil. Tapi tulisan tersebut tidak ditujukan kepada seseorang, melainkan
bertujuan untuk membangkitkan kesadaran kolektif kawan-kawan yang dulu sering
datang ke ‘ruang itu’. Meskipun begitu, aku tidak seperti para pembenci yang
selalu melihat dunia ini dengan kacamata benci. Jika hidup ini selalu diisi
dengan benci, dengan derita karna kebencian. Itu adalah orang yang sakit. Dan aku tidak mau menjadi orang sakit.
Hidup ini harus berani
melihat realita. Jangan menjadi penakut untuk melihatnya. Untuk melihat saja
kita takut, apalagi untuk menjalani? Tindakan yang sedemikian itu ada karena
ada faktor, satu diantaranya adalah karena tidak berani melihat kenyataan yang
ada. Hingga akhirna berusaha untuk menghilangkan realita dari kehidupan ini
dengan bertindak sedemikian tak adil.
Perpustakaan,
17/05/2016
Mas
to’o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar