Jumat, 25 Maret 2016

Ketika Mencoba Keluar dari Belenggu Ini

Aku sering merenung akhir-akhir ini, seolah ada sesuatu yang memenjarakanku, memenjara kehidupanku hingga seolah-olah ada batas-batas yang tak bisa kutembus. Itu tak terlihat, hanya bisa dirasakan ketika aku berfikir, lebih mendalam tentunya. Darimana aku harus memulai merobohkan sesuatu yang menghalangiku itu? Seringkali aku berusaha membuat semacam peta strategi untuk menyelesaikan permasalahan ini. Memang hal ini sudah menjadi kebiasaanku sejak dulu, aku seringkali membuat semacam peta sederhana untuk mencari jalan keluar atas permasalahan yang sedang aku hadapi.
Mungkin karena kebodohan yang sedang menghinggapi diri ini hingga terkadang masalah yang kelihatan sepele pun tampak terasa berat.
Tapi jiwa optimis selalu mengalir dalam diriku(InsyaAllah begitu). Aku pernah menjadi orang yang bisa berfikir dan berjiwa besar, aku pernah melakukan sesuatu yang bahkan saat ini pun aku juga heran bahwa aku bisa melakukannya. Aku juga pernah menjadi sesuatu yang kini bisa menjadi bahan bakar semangat ketika aku melihat sisa-sisa peninggalan masa laluku itu. Aku memiliki keyakinan bahwa memang "Heroes are not born but created". Mungkin inilah yang memberi harapan kepadaku selaku orang yang begitu lemah, dengan berbagai kekurangan yang ada pada diri ini.
Suatu ketika aku juga menginginkan hadirnya seorang yang memang bisa mengerti keadaan ini, yang mampu berjuang hingga tugas-tugas ini selesai
»»  READMORE...

Senin, 21 Maret 2016

Untuk Direnungkan

Awalnya saya tidak ingin ikut campur dalam masalah ini, karna memang masih banyak hal yang perlu saya selesaikan. Daripada hanya sekedar gurauan tidak jelas dan tidak perlu semacam ini. Aku lebih ingin fokus berkarya. Saya sudah yakin, bahwa yang membuat masalah dan yang merasa dipermasalahkan sudah cukup dewasa dalam melihat problem ini, kemudian menyelesaikannya.Namun kenyataan yang terjadi  justru malah sebaliknya. Karna begitu bodohnya kita, sehingga obyektivitas itu tidak ada dan rasa benci kemudian lahir. Ketika ada permasalahan, semua punya asumsi yang dianggap paling benar...hal ini kemudian dilanjutkan pada sebuah forum yang sifatnya semu..ya..forum dunia maya. Ini kemudian bergulir bak bola salju yang semakin besar. Karna tidak adanya klarifikasi langsung (face to face) dari masing-masing pihak. Mereka tidak sadar bahwa dunia maya seringkali mengkorupsi maksud kita. Esensi dari kalimat yang kita ucapkan seringkali tidak tersampaikan. Ketika kita membaca suatu kalimat. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya,

1. Psikologi si Pembaca,
2. Intonasi bacaannya.
3. Pihak ke 3 yang menjadi kompor

Tentang psikologi si pembaca. Pada suatu waktu kita dihadapkan pada masalah pribadi yang begitu pelik, Tugas kuliah yang belum selesai, kegiatan organisasi yang sudah semakin dekat dengan jadwal yang sudah ditentukan, ditambah masalah pribadi dengan keluarga yang masih terbengkalai, dan juga masih ada sisa-sisa kebencian kepada orang yang pernah ada masalah dengan kita. Tiba-tiba kita membuka pesan dalam sebuah group, yang didalamnya berisi tentang hal yang tidak membuat kita nyaman. Sampai disini kita sudah dihadapkan kepada pintu kebencian. Tinggal pilihan kita, masuk dalam pintu itu atau tidak. Dan yang terjadi, semuanya "check in" dalam pintu tersebut. Masalah belum selesai sampai disini. Dilanjutkan dengan yang kedua yaitu masalah intonasi bacaannya. Mengenai pentingnya intonasi bacaan. Kita ambil contoh dari dua cerita berikut:

Dalam sebuah acara silaturrahmi dengan kawan kita. Ada sesi makan-makan didalamnya. Sebelum berangkat, kita sudah diminta oleh orangtua kita untuk makan terlebih dahulu, karena sejak pagi hari kita masih belum makan. Akhirnya dengan lahap kita segera makan hingga menghabiskan dua piring. Lalu berangkat keacara silaturrahmi. Ketika acara, ada seorang teman yang bilang kepada kita "Bro, kamu makan atau tidak?". Karena masih kenyang, kita jawab "tidak".
Ada satu cerita lagi. Disebuah asrama, ada orang yang kehilangan uang 5juta, dan HP ber-merk terkenal dan perhiasan berharga. Tiba-tiba ada seorang yang menuduh kita. "Hey, kamu ya yang mencuri barang-barang si fulan?". dan kita pun menjawab "tidak".

PERTANYAAN SAYA, dari dua cerita diatas, ketika kita sama-sama mengatakan kata "TIDAK", apakah INTONASINYA SAMA, antara yang DISURUH MAKAN dan DITUDUH MENCURI? ...saya yakin, intonasinya akan BERBEDA.
Dan inilah yang terjadi ketika KITA SEDANG MEMBACA Whatsapp dari group. INTONASI BACAAN KITA AKAN BERPENGARUH TERHADAP REAKSI KITA.
inilah kelemahan media sosial yang saat ini ada, itulah mengapa kita diminta untuk sering-sering silturrahmi oleh Uswah Hasanah kita. agar tidak terjadi kesalahan persepsi dari masing-masing pihak. Apalagi di era Teknologi informasi ini. Manusia sudah semakin asyik dengan dunianya sendiri. Hingga lupa bahwa ada tetangganya yang sedang kelaparan, ada tetangganya yang menderita kebodohan dan keterbelakangan.

Selanjutnya, Di Pihak ketiga adalah supproter yang menjadi "kompor". Ia datang dengan tiba-tiba, ditambah lagi ia tidak tau duduk permasalahannya kemudian ikut campur, tanpa melihat permasalahan yang ada dan langsung nimbrung begitu saja. Tanpa melihat history chat-nya. Akhirnya, semakin lengkaplah permasalahan itu.  Dan yang terjadi, Bola salju yang awalnya hanya sebesar biji kelereng membesar hingga menyamai Planet Jupiter(Planet terbesar dalam tata surya kita). Hmmm...aku pun heran. Cobalah yang membuat permasalahan itu duduk bareng. Ngopi dulu biar tidak salah paham. Saya yakin kok, insyaAllah nanti akan ketemu jalan terangnya. Sedikit saya kutip kata-kata dari seseorang yang bernama Kang Asep dalam sebuah forum diskusinya yang barangkali bisa buat bekal ngopi+diskusi nanti. "Diskusi adalah usaha saling membantu dalam memahami struktur realitas melalui jalan komunikasi berlandaskan pada rasa hormat dan kasih sayang."Semakin kita kejar kebencian itu semakin kita membenarkan apa yang kita lakukan, bahkan tak jarang darahpun kadang tertumpah(koyo wong mbeleh pitik ae). Mungkin bisa dijadikan sebagai bahan renungan buat mereka yang sudi menerimanya.

Salam Cinta,
Tooricg Agfa PW
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Memaafkan adalah membuat keputusan terbaik, untuk tidak membiarkan orang yang pernah menyakiti hati kita, memiliki kekuatan lagi untuk terus-menerus melukai hati kita" Gandhi
 
»»  READMORE...

Kamis, 14 Januari 2016

GIM Siang Ini

Siang ini saya bersama temen-temen dalam forum GIM, mengadakan diskusi untuk launching buku perdana yang insyaAllah akan di launching tanggal 6 Februari nanti. Pertemuan ini merupakan pertemuan kedua setelah pertemuan tanggal 6 Januari lalu(sebelum tgl 6 sudah ada pertemuan untuk membuat kesepakatan pertemuan)
Siang, tadi sekitar pukul 11:30, kami dibimbing oleh P.Wahyudi beliau adalah dosen pembimbing dalam dunia tulisa menulis kami,yang memiliki semangat luarbiasa untuk bisa berbagi dengan sesama. Kami bertemu di masjid Al-Manar Rusunawa Jln. Pramuka, Ponorogo. Pertemuan siang ini tadi lebih kepada pertemuan yang sifatnya bimbingan. Bimbingan atas hasil tulisan yang sudah kita sepakati semenjak seminggu yang lalu, tepatnya tanggal 6 Januari. 
Kami sudah sepakat, untuk awal-awal pembelajaran menulis ini, kami lebih fokus untuk menerbitkan tulisan terlebih dahulu, ini untuk merangsang kemauan dan keberanian menulis kami. Siang itu, saya bersama dengan P.Wahyudi, Labud, Sulton dan Salim. Jaga semangat untuk kemajuan diri dan sesama.
»»  READMORE...

Senin, 11 Januari 2016

Refresh

Sabtu sore 9 Januari 2016, bersama kawan-kawan berjumlah 6 orang (termasuk saya), kami mencoba untuk menuju tempat yang 'katanya' cukup indah, bukit Pare, terletak di kecamatan sambit, perbatasan dengan kecamatan Ngrayun.
Seperti biasa, kami jarang sekali menentukan konsep yang terlalu lama jika ingin refresh ditempat-tempat wisata Ponorogo, kecuali jika itu melibatkan orang yang cukup banyak dan memiliki tujuan tertentu. Tapi kali ini kami hanya ingin refresh sejenak, melepas penat.
Perjalanan dari Kampus kami mulai pukul 15:30, kurang lebih satu jam kemudian kami baru sampai di tempat tujuan setelah melewati jalan yang cukup extrim bagi orang-orang seperti saya(yang lain mungkin ngga'). Belum sampai di tujuan, namun kami dihentikan ditempat yang cukup indah, terutama bagi orang seperti saya, yang suka dengan ketenangan alam. Bagiku alam begitu jujur, mereka hanya memperlihatkan hasil dari apa yang telah manusia lakukan, tak punya kepentingan, mereka cukup bersahabat kepada mereka yang ramah, mereka selalu menebar senyum kepada manusia yang peduli.
Di tempat itu, aku dan kawanku berhenti untuk beberapa saat, memenuhi ego diri (selfi.red). Untuk oleh-oleh buat mereka yang ngga ikut.
Kami pun melanjutkan perjalanan ke Bukit Pare, bukit yang konon di puncaknya ada padang rumput, 45 Menit berlalu, setelah kami berulang kali bertanya kepada masyarakat sekitar akhirnya sampailah di kaki bukit itu. Motor segera kami parkir, karna waktu semakin sore tanpa menunggu lama, kami pun langsung naik menuju puncak. Dengan waktu yang tidak terlalu lama, padang rumput yang kita tuju tampak melambai-lambai, terbayar sudah perjalanan sore hari ini. Alhamdulillaah...
Thanks buat kawan-kawan...kapan-kapan kita agendakan lagi.




(nama-nama sengaja tidak saya tulis, karna belum memperoleh izin dari yang bersangkutan, =D =D =D hehe)
»»  READMORE...

Tugas Menulis di GIM (Gerakan Indonesia Menulis)

Pembagian tugas untuk Gerakan Indonesia Menulis

Tooricg
>Menjadi Pemimpin sebagai Motivator.
>Menjadi Pemimpin Bijak

Arisman
>Menjadi Pemimpin Sukses.
>Menjadi Pemimpin Cakap.

Labud
>Menjadi Pemimpin bukan Boss
>Menjadi Pemimpin Kuat/Dominan


Sultoni
>Menjadi Pemimpin Berwibawa.
>Menjadi Pemimpin Disegani.


Semoga berkah dan manfaat
»»  READMORE...