Senin, 19 Maret 2018

Rindu

Satu kata yg ada dlm pikiranku saat ini. Rindu, inilah dia. Ia tiba2 menjelma menjadi subjek yg menguasaiku. Begitu kuat, serta terasa begitu sulit untuk mengikisnya.

Melihat polah tingkah anak pertamaku, tatapannya yg begitu lucu dan menggemaskan, membuat aku tak jemu untuk berulangkali memutar rekaman videonya. Mungkin aku terlalu berharap, dengan melihat rekaman tersebut akan sedikitnya melawan rasa rindu yang ada. Alih-alih mengurangi, yang ada justru malah semakin tak terbendung.

Kapan-kapan kita bermain bersama ya, Nak. Bersama ibumu yg selalu memberikan kasihnya padamu, juga pada bapakmu ini. Maafkan aku yg belum bs mendampingimu di awal pertumbuhanmu ini. Percayalah, perkara dunia tak akan dapat memisahkan kita bersama. Ini hanya sebentar, mungkin dlm hitungan hari atau bulan. Bapak berharap demikian. Karena, aku berkewajiban mendidikmu. Maka berat rasanya jika jauh darimu.

I love you all

»»  READMORE...

Senin, 05 Maret 2018

Big Boss

Baik-baik disana Big Boss, segera sembuh dan mari bercerita kembali tentang masa-masa mudamu yang penuh dengan cinta, persaudaraan, keberanian, kebahagiaan, bahkan tak jarang kekonyolan, hingga senyum dan tawa kita merekah, bak bunga Wijaya Kusuma di halaman rumah kita.
:-) :-) :-)
Ada satu yang tak kutemui dari barisan ceritamu yaitu Kesedihan, barangkali engkau terlalu lihai menyembunyikan dalam tiap kalimatmu. Sehingga aku tak kau beri izin untuk ikut menikmatinya.
Aku mungkin tak sepandai dirimu dalam menikmati keindahan dan kebahagiaan hidup, aku masih perlu banyak belajar padamu. Aku muridmu, juga anak biologismu.
Dari deretan cerita itu lantas engkau bilang bahwa itu bisa dijadikan sebagai "Bahan Kajian".
Kita rasanya telah sepakat, meskipun tak terucap, bahwa kita bukan malaikat, juga bukan setan, kita adalah manusia dengan akal sehatnya. Dan itulah anugerah Tuhan yang membedakan kita dengan makhluk yg lain.
Terimakasih buat obrolan indahnya semalam, juga tadi siang.
I love you Mr. Paimin

Diatas kereta Jayakarta,
Menuju Jayakarta
04 Maret 2018 18:40

»»  READMORE...

Kamis, 23 Februari 2017

Senja di Masjid Insuri

salah satu alat ukur kesejahteraan saat ini adalah uang
Ia juga menjadi alat ukur tinggi rendahnya martabat seseorang
tak sedikit orang yang mendekatimu dimasa kau masih begitu akrab dengan lemari ajaib,
yang bisa mengabulkan permintaan sesuai tombol yang kamu tekan
tapi menjauh ketika setelah kau tak memiliki sisa angka dalam lemari itu.
gagasan besarmu tak kan laku jika kau belum menjadi hambanya
jika kau bersahabat atas dasar makhluk ini
persahabatanmu tak lebih lama dari kilatan halilintar saat hujan
tak lebih besar dari kutu cebol
dan hanya akan sekuat galih pohon bambu
makhluk ini penting
namun ingatlah, ia hanya alat
bukan tujuan
Tetapkan tujuanmu, pakailah alat ini
namun jangan engkau mengubah tujuanmu dikala kau tak memilikinya
mungkin
banyak orang yang akan meragukanmu
namun keyakinan akan dirimu sendiri jauh lebih penting
daripada ocehan makhluk-makhluk itu
Jika Tuhan mengizinkan
suatu saat kau akan tahu
betapa remehnya Dunia ini


Senja di masjid Insur!
06/09/2016
»»  READMORE...

Selasa, 27 September 2016

Teka-teki omong kosong

Kau
Tak usah bermain teka-teki denganku
Aku hanya butuh kejujuranmu
Tak inginkah kau menterjemahkan keadaan ini
Hingga tak ada prasangka tersisa
Aku ingin melihat kenyataan secara jujur
Dan kusandingkan ia dengan iharapanku
Kuharap do'a mengikat keduanya
»»  READMORE...

Jumat, 16 September 2016

Aku Belum Cerdas

Alangkah bodohnya diri ini
Saat keadaan mempersilahkan
Begitu singkat
Namun menusuk fikiran
Kendaliku menghilang
Lepas ke Negeri Antah berantah
Aku mencoba memperbaiki keadaan
Dari setiap hal kecil yang ku sepelekan
Maafkan diri ini Tuhan
Aku belum mampu memanfaatkan waktuku
Kutunggu petunjuk, pertolongan dan bimbinganMu
»»  READMORE...