Rabu, 22 September 2021

Menjawab pertanyaan Irsyad Rizky di Quora



Hingga saat ini saya tidak menemukannya.

Prinsip dasar tentang kepercayaan seseorang adalah. "People believe what they want to believe". Orang hanya percaya terhadap apa yang INGIN mereka percaya, kira2 terjemahan bebasnya gitu lah.

Sebagian dari mereka yang tidak Percaya Tuhan dikarenakan Tuhan tidak dapat dibuktikan secara empiris (inderawi).

Saya ingin bertanya,
"Segala sesuatu" yang anda mksud itu apakah segala sesuatu yang bersifat fisik/materiil?
Saya rasa perlu ditegaskan dulu disini.

Jika iya, maka kita harus sepakat bahwa materi apapun di dunia ini berada dalam kungkungan ruang dan waktu. 

Berbicara mengenai ruang. Perlu saya sampaikan disini bahwa Ruang adalah DIMENSI KETIGA.
dimensi 0 adalah titik
Dimensi 1 adalah garis
Dimensi 2 adalah luas
Dimensi 3 adalah ruang
Dimensi 4 adalah waktu
Dst.

Jika kita berbicara mengenai Tuhan, kita harus memakai pendekatan atau minimal pijakan awal. Sebagai contoh : Tuhan adalah zat yang menguasai alam semesta . Tidak berawal dan tidak berakhir.

Penguasa alam semesta itu pasti juga menguasai dimensi. Baik itu dimensi 1, 2, 3(ruang tempat kita hidup), 4(dimensi waktu), dst. 
Ia tidak berawal dan tidak berakhir. Hal ini sudah pasti sangat jelas. AWAL dan AKHIR adalah konsepsi waktu. Sedangkan TUHAN adalah penguasa waktu, mana mungkin Tuhan tunduk pada sesuatu yang diciptakannya?

Akal pikiran kita hanya mampu mengantarkan kita mendekati sebuah keadaan dimana ada Entitas Besar atau Sebuah Potensi yang berada di luar jangkauan rasional/akal kita, yang ternyata sulit untuk dikenali, namun ADA. Orang beragama telah meyakini keberADAannya. Mereka menyebut itu sebagai Tuhan, Penguasa Segala Sesuatu. 

Diakhir tulisan saya akan saya pertegas lagi, bahwa Tuhan itu ada di wilayah Iman bukan akal. Dan umumnya manusia HANYA mempercayai apa yang mereka INGIN percayai.


Semoga dapat diterima.
»»  READMORE...

Senin, 30 Agustus 2021

300an Pipa

Setidaknya saya harus punya 300an pipa untuk mengalirkan dari mata airnya. Keep fight, keep strong
»»  READMORE...

Senin, 17 Mei 2021

Kepada Orang yang Membenci dan Orang yang Kita Cinta

Tak perlu membuktikan kepada orang yang membenci kita. Karna waktu kita  terlalu berharga untuk disandingkan dengan rasa benci. Berjuang untuk yang kita cintai adalah alasan terkuat untuk maju. Berangkat dari dua titik yang berbeda (cinta atau benci) akan memberikan efek psikologis yang berbeda pula. Cinta memberikan efek tenang dan kebahagiaan tak bersyarat. Kita juga lebih bisa 'menikmati' setiap langkah kehidupan, perlahan rasa syukur terhadap berkah dan rahmat Tuhan semakin bertambah. Sementara benci menimbulkan diri semakin merasa 'tidak aman' dan makin banyaknya syarat kebahagiaan. 

Mohon maaf lahir dan batin 

#RenunganDiri
#SelamatPagi
»»  READMORE...

Kamis, 26 November 2020

Perbincangan Ajakan Perang

Sebuah perbincangan antara kerajaan A dan B dalam film Jodha yang tidak sengaja aku dengar ada hal  menarik, saat kerajaan A mengancam kepada kerajaan B untuk mengajak perang. Ia sampaikan bahwa ia memliki 3000 tentara, 500 pasukan Gajah dan beberapa hal lain di depan Raja B. Raja B menyampaikan kepada utusan raja A. bahwa ajakan perang tersebut hanyalah permintaan bunuh diri.
Lalu raja B menyampaikan 
"Aturan pertama dalam perang. Jangan pernah tunjukkan kekuatanmu kepada lawanmu. Jika kau memaksa untuk perang, maka aku memiliki 300.000 pasukan, 40.000 pasukan bergajah 100.000 pasukan berkuda, bagiku kepentingan untuk menjaga perdamaian adalah hal yang utama." Lalu ia meninggalkan utusan kerajaan A.
»»  READMORE...

Kamis, 12 November 2020

Menikmati Kemanusiawian

Menikmati segala kemanusiawian adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT. Ada suka, duka, senang, bahagia, gembira, tangis, tawa, canda, cinta, cemburu dan segala macam bentuk kemanusiawian lainnya. Sembari terus mengupayakan menjadi lebih baik sesuai kadar kemampuan masing-masing adalah tugas kita bagi seorang manusia.

Hari ini semua terasa cepat, proses perbandingan satu manusia dengan manusia lain, lembaga satu dengan yang lain, sistem satu dengan sistem yang lain, desa satu dengan desa yang lain, negara satu dengan negara lain, politik satu dengan politik yang lain. Serta semua hal yang terbuka untuk diperbandingkan, membawa kita pada rasa kurang bersyukur. 

Bagiku, rasa syukur bukanlah pelarian rasa, yang selalu tertinggal dibelakang diantara yang lainnya; Rasa Syukur bukanlah rasa yang diam-diam membenci mereka yang telah maju mendahului kita; rasa syukur bukanlah rasa yang rela terbelakang demi nyamannya kemalasan. Namun, rasa syukur adalah rasa yang selalu rela menerima apapun yang terjadi semata-mata karena keputusan Tuhan Yang Maha Esa setelah kita mengupayakan dengan kemampuan yang kita miliki.

Madiun, 12 Nopember 2020
»»  READMORE...