Minggu, 01 Mei 2016

01 Mei 2016

Sore hari ini, bersama temanku mencoba untuk mengurus hal yang belum terselesaikan dalam acara yang akan di selenggarakan malam selasa 2 Mei ini. Kepanitiaan yang begitu gemuk dan belum fahamnya tugas pokok dan fungsi dari masing masing sie, mengharuskan mereka yang faham kepanitiaan bekerja lebih ekstra. Sebenarnya antusiasme dari seluruh warga begitu tinggi. Hanya saja, proses organizing yang kurang maksimal menyebabkan beberapa pekerjaan tidak terkomunikasikan dan belum terselesaikan dengan baik. Namun aku bahagia melihat semua elemen masyarakat dalam dukuh ini menyambut dengan baik acara yang akan diselenggarakan.

Sedikit keluar dari bahasan yang ada, tadi aku mencoba untuk berkomunikasi dengan kepala desa berkaitan dengan Wisata Alam yang ada kurang lebih 300m dari rumahku. Disana ada Goa yang bernama Goa Kusuma. Goa ini memiliki nilai historis yang tinggi, dulu ketika zaman PKI, salahsatu pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, Kyai Sahal. Pernah bersembunyi dari kejaran PKI pada waktu itu.

to be continued
»»  READMORE...

Minggu, 03 April 2016

Dalam Kesendirian

 
Kegelisahan yang akhir-akhir ini tampak dan semakin menjadi. Tidak kemudian membuatku untuk berhenti dari kerasnya perjalanan hidup ini. Aku menyakini dalam sebuah proses ini pasti akan ada hasil yang menggembirakan asalkan syarat-syaratnya terpenuhi. Satu diantaranya ialah aku harus tetap berjuang seperti apapun dan dalam keadaan apapun itu. Aku harus tetap bergerak, karena esensi hidup ini adalah bergerak. Pilihannya adalah bergerak atau tergantikan.
Aku tidak ingin selesai memperjuangkan hidup ini hanya untuk ego prbadiku, aku lagi-lagi memang harus mengatakan kepada diriku sendiri bahwa aku harus dan harus punya karya. Karna dengan karya itulah aku bisa memberikan buah dari keterampilan yang aku miliki, dari karya itulah nantinya aku berharap bisa memberikan perubahan pada generasi selanjutnya, generasi yang cukup aku impikan, aku tidak bisa menunggu terlalu lama hanya untuk mendengar mereka yang mungkin akan menghambat laju semangatku. Karya itulah yang nanti akan menembus batas ruang dan waktu. Karena kita hidup dibatasi oleh ruang dan waktu. Ruang yang membuat terpisah antara titik satu ke titik lainnya. Dan tentu itupun membutuhkan waktu untuk menempuh atau menggabungkan kedua titik itu. Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh itu tentu menjadi sesuatu yang cukup lama ketika kedua titik berada dalam posisi yang berjauhan, smakin jauh, waktu yang dbutuhkan pun akan semakin lama. Ruang dan waktu yang membatasi kita inilah yang mengharuskan kita untuk berkarya.
Karya itulah yang akan berbicara kepada manusia di lain tempat(ruang) dan waktu. Bahkan ketika sang kreator(pencetus karya)itu telah tiada, karyanya masih saja bisa dikenang oleh para penerusnya. Disinilah kita bisa melihat betapa pentingnya arti sebuah karya. Bahkan ketika kita masih hidup pun karya itu bisa dinikmati oleh oranglain tanpa harus bertemu langsung dengan kita. Kita ambil contoh, kita berhasil menerbitkan sebuah buku. Dan buku itu adalah hasil dari jerih payah kita. Buah dari pikiran yang bisa di tuangkan dalam bentuk tulisan. Tanpa seseorang harus menemui kita, cukup dengan membaca buku kita tersebut, paling tidak, gagasan-gagasan kita yang terkandung dalam buku itu bisa digunakan. Karena untuk menemui si pembuat buku ini sulit karena terpisah tempat(ruang)nya. Disini penjelasan mengenai ruang sudah sedikit teruraikan. Selanjutnya, karya yang bisa menembus batas waktu, semisal, suatu hari kita sudah tiada. Dalam kondisi seperti ini artinya waktu yang kita miliki di dunia sudah habis. Tapi karya yang kita cetuskan itulah yang akan berbicara mengenai gagasan-gagasan kita yang sempat kita tuangkan dalam karya(buku) tersebut. Ini berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya. Sampai karya /buku itu hilang ditelan waktu.
#Mari_berkarya

»»  READMORE...

Jumat, 25 Maret 2016

Ketika Mencoba Keluar dari Belenggu Ini

Aku sering merenung akhir-akhir ini, seolah ada sesuatu yang memenjarakanku, memenjara kehidupanku hingga seolah-olah ada batas-batas yang tak bisa kutembus. Itu tak terlihat, hanya bisa dirasakan ketika aku berfikir, lebih mendalam tentunya. Darimana aku harus memulai merobohkan sesuatu yang menghalangiku itu? Seringkali aku berusaha membuat semacam peta strategi untuk menyelesaikan permasalahan ini. Memang hal ini sudah menjadi kebiasaanku sejak dulu, aku seringkali membuat semacam peta sederhana untuk mencari jalan keluar atas permasalahan yang sedang aku hadapi.
Mungkin karena kebodohan yang sedang menghinggapi diri ini hingga terkadang masalah yang kelihatan sepele pun tampak terasa berat.
Tapi jiwa optimis selalu mengalir dalam diriku(InsyaAllah begitu). Aku pernah menjadi orang yang bisa berfikir dan berjiwa besar, aku pernah melakukan sesuatu yang bahkan saat ini pun aku juga heran bahwa aku bisa melakukannya. Aku juga pernah menjadi sesuatu yang kini bisa menjadi bahan bakar semangat ketika aku melihat sisa-sisa peninggalan masa laluku itu. Aku memiliki keyakinan bahwa memang "Heroes are not born but created". Mungkin inilah yang memberi harapan kepadaku selaku orang yang begitu lemah, dengan berbagai kekurangan yang ada pada diri ini.
Suatu ketika aku juga menginginkan hadirnya seorang yang memang bisa mengerti keadaan ini, yang mampu berjuang hingga tugas-tugas ini selesai
»»  READMORE...

Senin, 21 Maret 2016

Untuk Direnungkan

Awalnya saya tidak ingin ikut campur dalam masalah ini, karna memang masih banyak hal yang perlu saya selesaikan. Daripada hanya sekedar gurauan tidak jelas dan tidak perlu semacam ini. Aku lebih ingin fokus berkarya. Saya sudah yakin, bahwa yang membuat masalah dan yang merasa dipermasalahkan sudah cukup dewasa dalam melihat problem ini, kemudian menyelesaikannya.Namun kenyataan yang terjadi  justru malah sebaliknya. Karna begitu bodohnya kita, sehingga obyektivitas itu tidak ada dan rasa benci kemudian lahir. Ketika ada permasalahan, semua punya asumsi yang dianggap paling benar...hal ini kemudian dilanjutkan pada sebuah forum yang sifatnya semu..ya..forum dunia maya. Ini kemudian bergulir bak bola salju yang semakin besar. Karna tidak adanya klarifikasi langsung (face to face) dari masing-masing pihak. Mereka tidak sadar bahwa dunia maya seringkali mengkorupsi maksud kita. Esensi dari kalimat yang kita ucapkan seringkali tidak tersampaikan. Ketika kita membaca suatu kalimat. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya,

1. Psikologi si Pembaca,
2. Intonasi bacaannya.
3. Pihak ke 3 yang menjadi kompor

Tentang psikologi si pembaca. Pada suatu waktu kita dihadapkan pada masalah pribadi yang begitu pelik, Tugas kuliah yang belum selesai, kegiatan organisasi yang sudah semakin dekat dengan jadwal yang sudah ditentukan, ditambah masalah pribadi dengan keluarga yang masih terbengkalai, dan juga masih ada sisa-sisa kebencian kepada orang yang pernah ada masalah dengan kita. Tiba-tiba kita membuka pesan dalam sebuah group, yang didalamnya berisi tentang hal yang tidak membuat kita nyaman. Sampai disini kita sudah dihadapkan kepada pintu kebencian. Tinggal pilihan kita, masuk dalam pintu itu atau tidak. Dan yang terjadi, semuanya "check in" dalam pintu tersebut. Masalah belum selesai sampai disini. Dilanjutkan dengan yang kedua yaitu masalah intonasi bacaannya. Mengenai pentingnya intonasi bacaan. Kita ambil contoh dari dua cerita berikut:

Dalam sebuah acara silaturrahmi dengan kawan kita. Ada sesi makan-makan didalamnya. Sebelum berangkat, kita sudah diminta oleh orangtua kita untuk makan terlebih dahulu, karena sejak pagi hari kita masih belum makan. Akhirnya dengan lahap kita segera makan hingga menghabiskan dua piring. Lalu berangkat keacara silaturrahmi. Ketika acara, ada seorang teman yang bilang kepada kita "Bro, kamu makan atau tidak?". Karena masih kenyang, kita jawab "tidak".
Ada satu cerita lagi. Disebuah asrama, ada orang yang kehilangan uang 5juta, dan HP ber-merk terkenal dan perhiasan berharga. Tiba-tiba ada seorang yang menuduh kita. "Hey, kamu ya yang mencuri barang-barang si fulan?". dan kita pun menjawab "tidak".

PERTANYAAN SAYA, dari dua cerita diatas, ketika kita sama-sama mengatakan kata "TIDAK", apakah INTONASINYA SAMA, antara yang DISURUH MAKAN dan DITUDUH MENCURI? ...saya yakin, intonasinya akan BERBEDA.
Dan inilah yang terjadi ketika KITA SEDANG MEMBACA Whatsapp dari group. INTONASI BACAAN KITA AKAN BERPENGARUH TERHADAP REAKSI KITA.
inilah kelemahan media sosial yang saat ini ada, itulah mengapa kita diminta untuk sering-sering silturrahmi oleh Uswah Hasanah kita. agar tidak terjadi kesalahan persepsi dari masing-masing pihak. Apalagi di era Teknologi informasi ini. Manusia sudah semakin asyik dengan dunianya sendiri. Hingga lupa bahwa ada tetangganya yang sedang kelaparan, ada tetangganya yang menderita kebodohan dan keterbelakangan.

Selanjutnya, Di Pihak ketiga adalah supproter yang menjadi "kompor". Ia datang dengan tiba-tiba, ditambah lagi ia tidak tau duduk permasalahannya kemudian ikut campur, tanpa melihat permasalahan yang ada dan langsung nimbrung begitu saja. Tanpa melihat history chat-nya. Akhirnya, semakin lengkaplah permasalahan itu.  Dan yang terjadi, Bola salju yang awalnya hanya sebesar biji kelereng membesar hingga menyamai Planet Jupiter(Planet terbesar dalam tata surya kita). Hmmm...aku pun heran. Cobalah yang membuat permasalahan itu duduk bareng. Ngopi dulu biar tidak salah paham. Saya yakin kok, insyaAllah nanti akan ketemu jalan terangnya. Sedikit saya kutip kata-kata dari seseorang yang bernama Kang Asep dalam sebuah forum diskusinya yang barangkali bisa buat bekal ngopi+diskusi nanti. "Diskusi adalah usaha saling membantu dalam memahami struktur realitas melalui jalan komunikasi berlandaskan pada rasa hormat dan kasih sayang."Semakin kita kejar kebencian itu semakin kita membenarkan apa yang kita lakukan, bahkan tak jarang darahpun kadang tertumpah(koyo wong mbeleh pitik ae). Mungkin bisa dijadikan sebagai bahan renungan buat mereka yang sudi menerimanya.

Salam Cinta,
Tooricg Agfa PW
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Memaafkan adalah membuat keputusan terbaik, untuk tidak membiarkan orang yang pernah menyakiti hati kita, memiliki kekuatan lagi untuk terus-menerus melukai hati kita" Gandhi
 
»»  READMORE...

Kamis, 14 Januari 2016

GIM Siang Ini

Siang ini saya bersama temen-temen dalam forum GIM, mengadakan diskusi untuk launching buku perdana yang insyaAllah akan di launching tanggal 6 Februari nanti. Pertemuan ini merupakan pertemuan kedua setelah pertemuan tanggal 6 Januari lalu(sebelum tgl 6 sudah ada pertemuan untuk membuat kesepakatan pertemuan)
Siang, tadi sekitar pukul 11:30, kami dibimbing oleh P.Wahyudi beliau adalah dosen pembimbing dalam dunia tulisa menulis kami,yang memiliki semangat luarbiasa untuk bisa berbagi dengan sesama. Kami bertemu di masjid Al-Manar Rusunawa Jln. Pramuka, Ponorogo. Pertemuan siang ini tadi lebih kepada pertemuan yang sifatnya bimbingan. Bimbingan atas hasil tulisan yang sudah kita sepakati semenjak seminggu yang lalu, tepatnya tanggal 6 Januari. 
Kami sudah sepakat, untuk awal-awal pembelajaran menulis ini, kami lebih fokus untuk menerbitkan tulisan terlebih dahulu, ini untuk merangsang kemauan dan keberanian menulis kami. Siang itu, saya bersama dengan P.Wahyudi, Labud, Sulton dan Salim. Jaga semangat untuk kemajuan diri dan sesama.
»»  READMORE...